GotoBus

Renungan Kisah Pada Relief Candi Borobudur Tentang Rusa Ruru

Sepasang suami istri setengah baya sedang membicarakan relief batu di Candi Borobudur, yang bercerita tentang Kisah Rusa Ruru. Kemudian mereka membicarakannya dengan referensi buku-buku itu.

Sang Istri: Konon Bodhisattwa pernah lahir sebagai seekor rusa. Rusa Ruru namanya. Tanduknya seperti dilapisi oleh emas murni, kuning mengkilat bercahaya. Bulu-bulu kulitnya sangat indah seakan-akan terdiri dari batu-batu permata beraneka warna. Matanya biru penuh kelembutan dan bercahaya, permata safir pun kalah dengan keindahannya. Seekor rusa yang tak ada taranya dan dia pun pandai berbicara seperti manusia. Sang Rusa Ruru paham bahwa dirinya akan menjadi buruan para manusia. Sehingga tak pernah keluar dari hutan kediamannya. Sebuah hutan yang tak pernah terjamah oleh manusia, berbatasan dengan sebuah kali yang deras alirannya……. Pada suatu hari, saat Sang Rusa Ruru duduk mengagungi keindahan alam semesta, dia mendengar teriakan yang menyayat hati. Seseorang berteriak minta tolong karena sudah tak berdaya lagi. Setelah didatangi ternyata ada seseorang yang hanyut di kali. Kematian segera mendatangi, bila tidak ada makhluk yang peduli……. Sang Rusa terjun ke kali dan minta orang tersebut berpegangan pada tanduknya. Dengan susah payah dibantunya orang tersebut naik ke atas punggungnya. Dibawanya orang tersebut berenang ke tepian untuk menyelamatkan nyawanya. Orang tersebut sangat bersyukur, ada rusa indah yang rela bertarung nyawa menyelamatkan dirinya. Dan Sang Rusa ternyata dapat berbicara seperti manusia. Orang tersebut berkata, tak ada manusia walaupun saudara yang bertindak seperti Sang Rusa. Kemudian dia menyerahkan hidupnya kepada Sang Rusa. Apa yang diminta Sang Rusa akan dikabulkannya. Termasuk bila diminta menjadi pelayan rusa seumur hidupnya. Sang Rusa menjawab pelan, bahwa keserakahan memenuhi dunia. Akan banyak orang yang memburu dirinya bila tahu tempat tinggalnya. Sang Rusa hanya berpesan agar orang tersebut tidak usah menceritakan pertemuan dengan dirinya. Kemudian orang tersebut ditunjukkan jalan keluar dari tempat tersebut menuju desa……. Tersebutlah seorang permaisuri raja yang mimpinya selalu menjadi nyata. Pada suatu hari dia bermimpi tentang seekor rusa yang indah sekali. Tubuhnya dipenuhi oleh batu-batu permata beraneka warna. Tanduknya seperti mahkota yang terbuat dari emas murni. Matanya begitu indah dan meluluhkan siapa saja. Sang Rusa nampak sedang berdiri, berbicara dikelilingi raja dan para menteri….. Sang permaisuri menceritakan mimpinya kepada Sang Raja. Dan minta Sang Raja mencari kebenaran tentang keberadaan Sang Rusa. Sang Raja pun tertarik dengan berbagai permata yang ada di tubuh Sang Rusa. Sang Raja membuat pengumuman bahwa barangsiapa dapat menunjukkan tempat Sang Rusa akan diberi imbalan sebuah desa……. Tersebutlah orang yang pernah ditolong Sang Rusa. Dia pernah berjanji pada Sang Rusa untuk tidak akan memberitahukan tempat tinggalnya. Akan tetapi dia sekarang sangat miskin, hidup penuh derita. Setelah perang batin yang lama, nafsu keserakahannya mengalahkan hati nuraninya. Akhirnya dia memberitahu raja bahwa dia tahu tempat tinggal Sang Rusa. Sang Raja kemudian membawa pasukan lengkap untuk menangkap Sang Rusa. Tersebutlah mereka sampai di sungai tempat orang tersebut pernah diselamatkan oleh Sang Rusa. Dia menunjuk seberang kali dan nampak Sang Rusa berada di sana. Tiba-tiba tangan orang tersebut lumpuh setelah menunjukkan tempat Sang Rusa. Para pengawal raja segera membidik Sang Rusa. Sang Rusa paham tak ada gunanya melarikan dirinya. Dia bertanya, wahai raja siapa yang menunjukkan tempat tinggal hamba. Ada seseorang yang hampir mati tenggelam terseret arus kali yang kemudian kuselamatkan nyawanya. Dia telah berjanji tak akan menunjukkan tempat tinggal hamba. Sang raja bertanya kepada orang yang menunjukkan tempat Sang Rusa. Apakah dia pernah mengalami apa yang diceritakan Sang Rusa. Orang tersebut mengangguk dan raja mengarahkan panah kepadanya. Sang Raja berkata, tak ada gunanya hidup lebih lama bagi orang yang membalas budi dengan air tuba. Kemudian Sang Rusa berkata, orang tersebut terpaksa mengingkari janji karena kemiskinannya. Tolong dia jangan dihukum dan agar diberi hadiah sesuai janji Sang Raja. Sang Raja sadar telah bertemu rusa yang bijaksana. Sang Raja berkata, demi rusa yang bijaksana kau kuampuni dan kuberikan hadiah sesuai janji seorang raja. Kemudian sang raja melanjutkan, wahai rusa yang bijaksana, aku sudah membuat keputusan, kau tidak akan diganggu seluruh masyarakat di kerajaanku. Sekarang mari ke istana naik keretaku. Sang Raja mengajak Sang Rusa Ruru ke istana dan bertemu permaisuri dan para menterinya. Sang Rusa Ruru diangkat menjadi penasehat Sang Raja. Raja menjadi lebih bijaksana dan rakyatnya makmur sejahtera. Konon setelah beberapa kelahiran, Sang Rusa Ruru lahir kembali menjadi Sang Buddha.

Sang Suami: Di awal cerita, Sang Rusa Ruru tidak mau hidup di masyarakat, lebih baik hidup di hutan perawan yang belum pernah diinjak kaki manusia. Pernyataan Sang Rusa Ruru ada benarnya. Dalam diri manusia, masih ada kebuasan serigala. Masih ada keliaran monyet, masih ada kemalasan babi, masih ada kicauan burung juga. Gonggongan anjing dan kwek-kweknya bebek, semuanya masih ada. Napsu birahi masih belum terkendali, yang membuat manusia sebuas serigala. Pikiran masih liar, bagaikan monyet, malas untuk melakoni olah batin, seperti babi saja. Mengoceh terus, ngomongin orang terus, seperti burung, hidup tanpa kesadaran, hanya mengikuti massa, persis seperti bebek, itulah manusia! Keliaran ini, kehewanian ini, kebuasan ini dianggap “kewarasan” oleh dunia, oleh massa. Kenapa? Dunia manusia masih buas juga, masih liar juga, masih hewani juga. Mereka yang bisa menerima kebinatangan diri kita masih binatang juga. Demikian dijelaskan dalam buku “Bersama Kahlil Gibran Menyelami ABC Kehidupan”.

Sang Istri: Orang yang telah diselamatkan oleh Sang Rusa, hidup dalam kemiskinan. Dia belum dapat membedakan antara kenyamanan dan kebenaran. Dia merasa dipandang dengan sebelah mata, saat menjadi orang biasa. Dia mempunyai pola kebiasaan agar menonjol dan kemudian dihormati orang di sekitarnya….. Kebiasaan-kebiasaan buruk dalam diri kita bagaikan semak berduri. Sekali tertanam, akan tumbuh pesat sekali. Satu kebiasaan akan membuat kebiasaan lainnya mendatangi. Sering kali, Si Penanam pun terluka oleh karenanya, tetapi dia tetap tidak menyadari. Dia masih mempertahankan “semak berduri kebiasaan-kebiasaan buruk” di dalam diri. Demikian disampaikan dalam buku “Masnawi Buku Kedua, Bersama Jalaluddin Rumi Memasuki Pintu Gerbang Kebenaran”….. Orang tersebut ingin mendapatkan karunia Sang Raja, tetapi dengan membahayakan keamanan Sang Rusa, bahkan dia telah mengingkari janji yang telah diucapkannya. Orang tersebut melupakan nilai kebijakan tertinggi, bahwa “aku senang, kamu pun harus senang juga. Aku bahagia, kau pun mesti bahagia pula. Berarti, aku tidak dapat mengabaikan kepentinganmu demi kepentingan diriku saja”.

Sang Suami: Menjadi “manusia biasa” adalah tujuan setiap manusia. Manusia tidak lahir untuk menjadi malaikat atau dewa. Ia lahir untuk menjadi manusia. Manusia biasa. Sulit untuk menjadi “manusia biasa”. Adalah sangat mudah bagi kita untuk mengaku sebagai “ini” dan “itu”, sebagai umat dari agama tertentu, sebagai alumni dari universitas tertentu, sebagai politisi dari partai tertentu. Dan, betapa sulit bagi kita untuk mengaku, “kita orang Indonesia”. Karena kita ingin menunjukkan bahwa diri kita beda. Masing-masing ingin berucap, aku bukan orang biasa, aku luar biasa….. Jadilah manusia biasa. Pertahankanlah ke-”biasa”-an kita. Menjadi pemimpin, menjadi profesional, menjadi apa saja, kita tetaplah manusia biasa, dengan segala kelemahan dan kekurangannya. Mari kita mengajak sesama anak bangsa, untuk ikut menjadi manusia biasa. Manusia yang tidak diperbudak oleh sistem, oleh dogma dan doktrin, oleh agamawan dan ruhaniwan, oleh lembaga keagamaan dan lain-lainnya. Manusia biasa yang berhamba sepenuhnya pada Gusti Allah, pada Hyang Widhi, pada Adi Buddha, pada Ia yang Sejati, pada Bapa di Surga. Demikian petikan dari buku “Be The Change, Mahatma Gandhi’s Top 10 Fundamentals for Changing the World”.

Sang Istri: Rusa Ruru adalah contoh makhluk yang bebas dari keterikatan dunia. Dia tak peduli hidup di tengah rimba yang belum terjamah oleh manusia. Dia tak ingin mendapatkan nama, tetapi tugas menjadi penasehat raja pun diterima. Demi kebaikan kehidupan sesama. Dia yang mencapai keadan tanpa keterikatan dalam hidup adalah seorang Jeevan Mukta. Ia hidup di dalam dunia ini, tetapi tidak terikat dengan dunia dan keduniawiannya. Ia menjadi seorang Bodhisattva. Seorang Jeevan Mukta atau Bodhisattwa juga tidak terpengaruh oleh pendapat siapa pun tentang dirinya. Ia selalu berusaha untuk berbuat baik, karena kebaikan adalah sifatnya. Seorang Jeevan Mukta atau Bodhisattwa tidak berbuat baik untuk dipuji, atau untuk memperoleh penghargaan apa pun juga. Karena itu, jika sebagian masyarakat tidak memahaminya, atau malah menghujatnya, ia pun tidak terpengaruh juga. Demikian salah satu petikan dari buku “Sandi Sutasoma”.

Sang Suami: Orang yang pernah ditolong Sang Rusa langsung lumpuh tangannya saat menujuk tempat keberadaannya. Seharusnya orang tersebut bersyukur, karena langsung memperoleh akibat dari perbuatannya…… Ada pohon yang berbuah dalam sekian bulan, atau sekian tahun, persis seperti itu pula dengan perbuatan-perbuatan kita. Ada kalanya kita berbuat jahat, dan langsung dijatuhi hukuman ada yang menunggu beberapa lama. Pada saat langsung dijatuhi hukuman, seharusnya kita bersyukur, Ya Allah, sungguh beruntunglah diriku, tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan hutang-piutang perbuatanku.

Sang Istri: Sang Raja sadar bertemu dengan seekor rusa yang bijaksana. Sang Raja patuh pada nasehat Sang Rusa yang dianggap sebagai Gurunya. Sang Raja telah membuka dirinya menerima semua pelajaran dari Sang Rusa….. Membuka diri tidak berarti membuka otak kita. Tanpa dibuka pun sesungguhnya otak kita sudah terbuka. Keterbukaan otak terhadap apa saja tidak menjamin penerimaannya. Otak bisa terbuka, dan bisa tidak menerima. Membuka diri berarti membuka jiwa. Bila jiwa terbuka, otak, hati, semuanya serentak ikut terbuka. Demikian diuraikan dalam buku “Ishq Ibaadat, Bila Cinta Berubah Menjadi Ibadah”.

Sang Suami: Seorang Bijak berkata, kita bisa membuka jiwa cukup dengan niat, aku membuka diri terhadap segala sesuatu yang dapat mengembangkan jiwaku, meningkatkan kesadaranku. Ketika berhadapan dengan sesuatu yang baru, dalam hati ulangi niat itu….. Sang Bijak menambahkan, Jangan lupa. Pertama, bukalah dirimu terhadap alam, terhadap lingkungan, terhadap apa saja, karena segala sesuatu yang kau jumpai dalam hidupmu sedang berbicara denganmu. Dengarkan semua itu. Kedua: Janganlah membuang waktu dan tenaga untuk mengenang dan menyesali masa lalu. Belajar dari masa lalu tanpa menyesalinya. Jangan pula mengkhawatirkan masa depan. Sadari masa depan tanpa rasa khawatir. Hidup kekinian dengan penuh semangat. Ketiga: Janganlah membebani otakmu dengan segala macam pengetahuan belaka. Terjemahkan apa yang telah kau peroleh dalam keseharianmu.

Terima Kasih Guru. Jaya Guru Deva!

Situs artikel terkait


Pointer Tambahan hasil dari Komentar dan tanggapan di Facebook

Renungan Kisah Pada Relief Candi Borobudur Tentang Rusa Ruru

  1. Jer basuki mawa bea, butuh pengorbanan agar basuki.
  2. Sungguh suatu karma baik bagi kita semua bisa memperoleh pembabaran Dharma Universal yang dicatat leluhur di Maha Mandala Borobudur. Nah, saya akui perasaan ingin berbeda dari yang lain itu juga termasuk noda batin di hati kita yang belum tercerahkan. Sebenarnya kita sudah unik dan berbeda satu sama lain, namun itu sebaiknya bukan dijadikan gengsi yang membuat seseorang merasa dirinya lebih tinggi daripada sesamanya. Sang Buddha juga menyatakan dalam Vijaya Sutta bahwa kondisi badan kita sungguh menjijikkan dan akhirnya pada habis kontraknya akan busuk dimakan binatang-binatang. Jika dengan badan demikian ini seseorang menganggap dirinya tinggi dan memandang rendah orang lain? Apa sebabnya? Hanyalah kebodohan.
  3. Saya hanyalah manusia biasa sama seperti 6 milyar manusia lainnya dimuka bumi..tidak ada bedanya..itu yang utama. Perbedaan-perbedaan yang terlihat adalah dilevel kedua. Mari kita semua lebih mengedepankan persamaan daripada perbedaan agar tercipta kehidupan yang harmonis…
  4. Segala sesuatu dalam alam ini mengalami proses daur ulang. Kesadaran kita bagaikan katalisator. Ia tidak pernah mengalami kematian ataupun kelahiran. Ia kekal, abadi. Kesadaran ini ibarat bayangan keberadaan. Apabila keberadaan itu adalah Bulan, Kesadaran adalah rembulannya. Perpisahan antara mereka hanya terjadi … Lihat Selengkapnyadalam bahasa saja. Pada dasarnya, mereka tidak pernah berpisah. Dimana ada bulan, disitu pula ada rembulan. Dimana ada keberadaan, disitu pula ada kesadaran. Mungkin kita lebih suka menggunakan istilah Tuhan atau Allah bagi Keberadaan. Silahkan, gunakan istilah apa saya Ia satu ada-Nya Kehadiran Tuhan bagaikan katalisator, yang menyebabkan terjadinya penciptaan ini. *Reinkarnasi, AK
  5. Itu sebabnya, Gusti Yesus menasihati kita agar mengejar Kerajaan Allah terlebih dahulu. Segala sesuatu yang lain, akan kita peroleh dengan sendirinya, karena dalam kerajaan Allah – segalanya ada. Saat ini, kita mengejar satuan. Kadang pensil, kadang pena. Kadang penghapus, kadang papan tulis. Carilah Si Penjual, Si Pemilik Toko, dan Dia akan memberikan segala sesuatu kepada anda. Tidak perlu mencari satu per satu. Buang waktu. *Masnawi Buku Kedua, AK.
  6. Silakan menikmati apa yang telah diberikan kepada anda. Dia Maha Tahu, berserahlah pada Kehendak Dia. Dia akan memberikan apa yang anda butuhkan. Tidak perlu mengejar dunia seperti seorang badut mengejar bola di dalam sirkus. Bisa saja terjadi – anda sudah selesai kejar-mengejar dalam masa kehidupan yang lalu. … Lihat SelengkapnyaJika memang demikian, dalam masa hidup sekarang, dari awal anda sudah tidak akan berambisi untuk menjadi “Ketua”, “Juara” dan sebagainya. Selesai kejar mengejar, anda akan mengalir bersama hidup. Dan menyebabkan kehidupan di setiap tempat yang anda lewati. *Masnawi Buku Kedua, AK
  7. Bodhicitta adalah Kesadaran seorang Buddha, kesadaran yang berani, tetapi tidak perlu membuktikan keberaniannya; mind yang tidak lagi membedakan materi dan energi, dunia benda dan roh; mind yang tidak berkiblat arah tertentu, melihat Wajah Allah di mana-mana. *Mawar Mistik, AK
  8. Yang membuat kita merasa berbeda adalah pola pikiran kita, ego kita kata Dalai Lama. Mengikis ego adalah jalan menuju kebersamaan.
  9. Bundelan buku di atas seekor keledai, kata Imam Ghazali, tak mampu mengubah keledai itu menjadi seorang cendekiawan. Sebuah buku semestinya dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa mengubah diri.
  10. Semoga kita semua saling ingat mengingatkan tentang kesadaran.
  11. Selama ini saya sering ke borobudur,tapi tidak memahami makna kisah pada relief-reliefnya. Ternyata banyak kebijaksanaan dari leluhur kita. Sangat naif bila mengatakan leluhur kita bodoh dan tak beradab.
  12. Para leluhur membuat relief di atas batu. Dimaksudkan sebagai buku terbuka di alam semesta. Getaran cerita diharapkan dapat meningkatkan kesadaran.
  13. “Bad habit” merupakan semak berduri yang tumbuh pesat sekali & bisa merusak seluruh kehidupan kita sebagai manusia. Hanya dengan kesadaran & bimbingan dari seorg Guru-lah yang bisa mengubah “habit” kita.
  14. Rusa Ruru..sepengal kisah yang hampir terlupakan (oleh memori saya yang terbatas). Ternyata ceriteranya lebih dari yang saya duga sebelumnya.
  15. Kisah Bodhisattva selalu menjadi suri tauladan yang sempurna perihal dedikasi bagi kebahagiaan yang lain, entah itu untuk sesama ataupun mahluk lain. Di tengah-tengah atmosfir mementingkan diri sendiri yang semakin kental, semoga saja kisah-kisah Bodhisattva yang ditulis ulang ini dapat menginspirasi kita semua untuk mengembangkan semangat berbagi dn menolong pada sesama.

Terima Kasih.

Salam __/\_