GotoBus

Renungan Tentang Penemuan Kembali Jatidiri Lewat Bhakti Dalam Kisah Hanuman Duta Pada Relief Candi Penataran

Renungan Tentang Penemuan Kembali Jatidiri Lewat Bhakti Dalam Kisah Hanuman Duta Pada Relief Candi Penataran



Sepasang suami istri setengah baya sedang membicarakan perihal “Pengabdian”. Mereka teringat pada Kisah Hanuman Duta yang terpahat pada Relief Candi Penataran. Mereka sangat asik membahasnya

Sang Istri: Hanuman adalah seorang komandan wanara yang sangat berbhakti kepada Sri Rama. Dia diutus Sri Rama mencari tahu keberadaan Dewi Sinta yang diculik Rahwana seorang Raja Raksasa. Dengan beberapa koleganya dia mendaki gunung dan kemudian menemukan samudera luas membentang di hadapannya. Kapi Jembawan, koleganya mengingatkan Hanuman tentang potensi kemampuan terbang yang ada pada dirinya yang selama ini terlupakannya. Hanuman ingat akan potensi dalam dirinya dan kemudian terbang menyeberangi samudera ke negeri Alengka. Di negara Alengka Hanuman bersembunyi di pepohonan dalam istana dan akhirnya bisa bertemu Dewi Sinta dan menyerahkan cincin titipan Sri Rama……. Sewaktu keluar dari istana Hanuman terpergok para penjaga istana dan terjadi perkelahian dengan mereka. Para penjaga istana kewalahan, dan datanglah pasukan dipimpin Indrajit putera Rahwana. Dengan panah Bramastra, Hanuman bisa terbelenggu dan dibawa ke Pengadilan Alengka. Hanuman menyampaikan maksud kedatangannya agar Rahwana mengembalikan Dewi Sinta siteri Sri Rama. Namun Hanuman mendapat perlakuan tak mengenakkan, ekornya dibungkus kain yang telah dilumuri minyak dan dibakar dengan sengaja. Hanuman berontak dan bisa melepaskan diri dari belenggu dan membakar sebagaian atap istana……. Pada saat keadaan istana panik Hanuman pamit kepada Dewi Sinta dan kemudian terbang kembali ke tempat Sri Rama dan melaporkan hasil inspeksinya. Selanjutnya Sugriwa, Raja Wanara paman Hanuman diperintah Sri Rama untuk mengerahkan pasukan kera membuat tanggul laut yang menjadi jembatan ke negeri Alengka. Setelah selesai pasukan kera melewati “jembatan” tersebut menyerbu Alengka……..

Sang Suami: Ada perbedaan fokus antara Kisah Hanuman Duta pada Candi Penataran dengan Kisah Ramayana yang berada Candi Prambanan. Pada relief yang berada pada Candi Penataran di Jawa Timur, kisahnya terfokus tidak pada Sri Rama tetapi pada Hanuman. Dari 106 panel yang menggambarkan Ramayana, 4 panel memunculkan Sri Rama sedangkan 35 panel memunculkan Hanuman. Berbeda dengan relief Ramayana yang terdapat pada Candi Prambanan di Jawa Tengah dimana sangat jelas Sri Rama sebagai tokoh utama. Hanuman Duta adalah terfokus pada peristiwa Hanuman sebagai Duta menemui Dewi Sinta yang sedang disandera di Negeri Alengka. Walaupun demikian episode sebelum dan sesudahnya secara sekilas diungkapkan juga……. Kisah Ramayana pada relief Candi Prambanan yang dibangun pada abad ke 9 berfokus pada Sri Rama, dan nampaknya dipengaruhi oleh Kitab Ramayana karya Resi Walmiki. Dalam versi Resi Walmiki, Rama digambarkan sangat manusiawi. Sri Rama menjalani kehidupan layaknya seorang manusia yang berhasil mencapai kesempurnaan Ilahi. Dalam kisah yang ada di Candi Penataran yang dibuat pada abad 12 dan beberapa tambahan secara bertahap sampai abad 14, sudah ada fokus pemahaman ke dalam diri. Sri Rama digambarkan bersifat Ilahi, dan dimaknai sebagai “Kebenaran Sejati”. Hanuman adalah manusia yang telah mampu mengaktualisasi potensi diri sehingga menjadi manusia sempurna melalui jalan pengabdian atau Bhakti. Di abad ke 16 pandangan semacam diungkapkan dengan jelas oleh Tulsidas lewat Kidung Sri Hanuman Chalisa. Kidung Tulsidas ini dibahas dalam buku “The Hanuman Factor, Life Lessons from the Most Successful Spiritual CEO”, karya Bapak Anand Krishna.

Sang Istri: Dewi Sinta mewakili “human soul”, jiwa manusia yang hidup berbahagia berada dekat Sri Rama, Tuhan yang telah menjadi kekasihnya. Dewi Sinta sudah meninggalkan kenyamanan istana duniawi untuk mengikuti-Nya. Akan tetapi walau sekian lama berada dekat Tuhan, dia tergoda kijang kencana duniawi dan berdoa mohon kepada Tuhan agar memberikannya. Kala dia merasa tak ada Tuhan disampingnya, dia dijebak ego, raksasa pikiran yang berwujud sebagai Rahwana. Tuhan ibarat “fasilitator”, mengikuti keinginan manusia. Pilihan duniawi akan mengakibatkan resiko duniawi juga. Dewi Sinta akhirnya disekap Rahwana, ego keraksasaan dalam diri manusia. Hanuman mewakili “Bhakti” yang bisa menundukkan ego dan mempersatukan jiwa untuk bersatu kembali dengan Tuhan.

Sang Suami: Dalam salah satu versi Ramayana, Rahwana ditampilkan sebagai seorang ilmuwan. Bukan hanya ilmu pengetahuan yang ia kuasai, spiritualitas pun ia pahami. Tetapi, perilaku dan tindakannya tidak sesuai dengan pengetahuannya, dengan pemahamannya. la masih sepenuhnya dikendalikan oleh mind, oleh pikiran dan oleh hawa-napsu. Rahwana sering disebut “Dasamuka” berarti, “la yang memiliki sepuluh kepala”. Istilah “sepuluh kepala” ini simbolik sekali. Yang dimaksudkan adalah bahwa pikiran dia bercabang sepuluh. Lima cabang dikuasai oleh lima indera, panca-indera. Lalu, lima lagi dikuasai oleh lima kelemahan dalam dirinya, yaitu: napsu birahi, amarah, keterikatan, keserakahan, dan keangkuhan. Demikian diuraikan dalam buku “I Ching”, karya Bapak Anand Krishna.

Sang Istri: Konon sekitar 90% orang tidak menyenangi pekerjaannya, sehingga hasil yang dicapainya tidak maksimal dan juga tidak membahagiakannya. Seseorang yang mencintai pekerjaannya tidak pernah merasa capai dalam bekerja, dia selalu kreatif, dinamis dan selalu dalam keadaan berbahagia ketika bekerja. Hanuman bukan hanya mencintai pekerjaannya, melainkan dia mencintai semua tindakan yang dilakukan sepanjang hidupnya. Fokusnya hanya satu menyenangkan Sri Rama, yang juga bermakna “Dia Yang Berada Di Mana-Mana”. Hanuman adalah bhakta yang sempurna. Hanuman berasal dari kata “hanan” dan “manas”, peniadaan pikiran. Penguasaan sempurna akan akal sehatnya. Mengabdi tanpa pamrih, tidak ada motif mementingkan diri pribadinya. Hanuman menguasai pengendalian nafas yang diajarkan oleh Dewa Bayu yang dianggap sebagai Bapaknya.

Sang Suami: Hanuman putera angin, paling bijak, cepat dan paling kuat di antara kera. Kelemahan utama manusia adalah tidak bijak. Kita mungkin menguasai bermacam-macam pengetahuan. Kita mempunyai gelar dan penghargaan. Akan tetapi semua itu tidak menjamin kita menjadi bijak. Kebijakan adalah pengetahuan yang sudah tercerna yang telah menjadi bagian dari keberadaan kita…… Walau sering dimaknai putera Dewa Angin, lebih tepat Hanuman dimaknai “angin yang muda”, “youthful wind”. Angin bermakna luas, lembut dan tak terbatas. Dan, elemen angin yang ada dalam diri kita yang perlu ditumbuh-kembangkan juga. Elemen angin juga berhubungan dengan kekuatan, intelegensia atau kebijakan dan pengetahuan atau skill. Kekuatan angin tersebut dapat menghalau awan kebodohan dan delusi. Kuat, bijak dan skill ketiganya sangat penting. Kita tidak dapat mencapai keberhasilan bermodalkan otot saja.

Sang Istri: Hanuman telah berjuang meningkatkan harkat kehewanian, kemanusiaan dan keilahian dalam dirinya. Hanuman telah memaksimalkan semua potensi dalam dirinya. Dan semua tindakannya hanya dipersembahkan kepada Sri Rama. Hanuman pasrah sepenuhnya kepada Sri Rama. Pasrah bukan berarti malas dan tidak bekerja. Seorang Guru menanam benih kesadaran pada diri sang murid. Bila sang murid telah membabat habis tanaman rumput egonya, maka yang tersisa hanyalah tanaman kesadaran Sang Guru. Sang murid bertindak atas tanaman kesadaran Sang Guru bukan bertindak atas upaya egonya.

Sang Suami: Pada waktu Hanuman ditugasi membawa pesan kepada Dewi Sinta di Alengka, Hanuman mohon diberikan bukti bahwa dia benar-benar Utusan Sri Rama. Sri Rama memberikan cincinnya untuk diberikan kepada Dewi Sinta sebagai bukti. Konon Hanuman menjaga pesan tersebut dengan hati-hati dan cincin tersebut disimpan dalam mulutnya. Selama dalam perjalanan dan belum bertemu Dewi Sinta dia membisu, tidak bicara dan hanya menggunakan telinga dan matanya untuk mencari keberadaan Dewi Sinta.

Sang Istri: Hanuman adalah kesadaran terdalam, suara hati nurani, dan dia adalah yang bersemayam dalam suara alam. Dengarkan dia dan memahami dilemanya. Dalam zaman dahulu yang baik dan yang buruk berada dalam dua kelompok yang berbeda. Sekarang ceritanya jauh berbeda, yang baik dan yang jahat berada dalam satu manusia. Bagaimana saya memberi “reward”, penghargaan dan memberi “punishment”, hukuman pada saat yang sama? Kita harus mengembangkan cara yang lebih ramah dengan zaman. Sebagai pengganti “reward and punishment” kepada seseorang, mari mencoba membantu meningkatkan kesadarannya. Seseorang yang sadar tidak membuat kesalahan. Seseorang yang sadar menjadi baik tanpa ketakutan terhadap “punishment”, atau harapan akan “reward”, dia menyadari adalah baik menjadi yang baik. Jiwa yang menyadari hal demikian sesungguhnya adalah kekasih Sri Rama.

Sang Suami: Hanuman diyakini mempunyai 8 buah Siddhi, kekuatan alam.

  1. Anima, Kekuatan mengecilkan diri sampai kecil sekali. Dalam spiritual berarti kemampuan “to let go”, membiarkan semuanya pergi dengan ikhlas.
  2. Mahima, Kekuatan membesarkan diri sebesar-besarnya. Dalam spiritual berarti kemampuan untuk mengembangkan kesadaran.
  3. Garima, Kekuatan untuk menjadikan diri sangat berat. Dalam spiritual berarti kemampuan untuk untuk mempertahankan kemauan yang kokoh.
  4. Laghima, Kekuatan untuk menjadikan diri sangat ringan. Dalam spiritual berarti kemampuan untuk menyesuaikan diri.
  5. Prapti, Kekuatan untuk menuju tempat mana saja. Dalam spiritual berarti kemampuan untuk memahami ilmu yang ada di seluruh dunia.
  6. Prakamya, Kekuatan untuk merealisasikan semua keinginan. Dalam spiritual berarti kemampuan untuk mengetahui kehendak alam.
  7. Isitva, Kekuatan untuk memiliki segala sesuatu, dalam spiritual berarti kemampuan untuk mengetahui apa yang terbaik bagi dirinya.
  8. Vasitva, Kekuatan untuk menguasai semua makhluk. Dalam spiritual berarti kemampuan untuk mengontrol indera.

Sang Istri: Hanuman begitu sempurna, mengapa dia membakar sebagian atap istana dan sebagian rumah milik warga yang tak tersangkut urusan Dewi Sinta ada alasannya. Walau masyarakat secara langsung tidak bersalah, akan tetapi bagaimana pun masyarakat lah yang memilih pemimpin mereka. Masyarakat lah yang memilih peraturan perundang-undangan dan perwakilan mereka dudk di lembaga negara. Sehingga dalam memilih pemimpin diktator pun masyarakat ikut terlibat juga. Hanuman pun hanya membakar atap beberapa rumah dekat istana sekedar memberi peringatan bahwa apabila Dewi Sinta tidak segera dikembalikan, mereka akan menerima akibat yang lebih besar yang akan datang kemudian. Hanuman di pengadilan mengaku sebagai Duta Besar Sri Rama, tetapi dia tetap ditangkap, dibelenggu dan hampir dibunuh di luar kepatutan. Tindakan pemerintah Kerajaan Alengka terhadap seorang Duta Besar perlu dibalas dengan sebuah pelajaran. Pelajaran agar masyarakat segera sadar dan mengubah diri, sebelum bencana yang lebih besar lagi akan tiba kemudian. Semoga negeri kita tidak salah memperlakukan Duta-Duta Ilahi di luar kepatutan, sehingga bencana akan menimpa kemudian……

Terima Kasih Guru. Jaya Guru Dewa!

Situs artikel terkait


Pointer Tambahan hasil dari Komentar dan tanggapan di Facebook

Renungan Tentang Penemuan Kembali Jatidiri Lewat Bhakti Dalam Kisah Hanuman Duta Pada Relief Candi Penataran

  1. Pengabdian yg sungguh indah…. mencintai mengabdi itu sendiri.
  2. Potensi terbang Hanuman idem dengan potensi manusia yang terlupakan….. Kedatangan seorang Guru untuk mengingatkan potensi yang ada dalam setiap insan. Sesungguhnyalah manusia bisa mandiri ijak memahami potensi dirinya…..
  3. Mari merenung bersama,selama ini sudahkah kita berBhakti? Atau hanya meminta minta saja?
  4. Seseorang yang sadar tidak membuat kesalahan. Seseorang yang sadar menjadi baik tanpa ketakutan terhdap “punishment” atau harapan akan “reward” dia menyadari adalah baik menjadi yang baik. Jiwa yang menyadari hal demikian sesungguhnya adalah kekasih Sri Rama..
  5. Kisah “Anoman obong” sudah saya dengar sejak kecil, sebagai bagian dari kultur Jawa di mana saya tumbuh. Namun sama sekali saya… tidak memiliki atau pernah menemu tafsiran semendalam ini. Selalu saja kisah ini hanya tereduksi semata sebagai pertarungan antara kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan. Atau paling-paling malah sosok Anoman obong kita lihat sebagai situasi ketika orang terbakar birahi/Cinta. Sungguh tidak menduga kalau ternyata kisah ini menyimpan kedalaman makna (nilai-nilai) yang begitu mendalam. Luar biasa, kisah Anoman obong benar-benar suatu seni bertutur yang selain sarat makna, lebih jauh juga sangat estetis.
  6. Guru adalah Duta Besar dari Negara Ilahi. Guru mengingatkan para murid bahwa para murid sebenarnya bukan warga dunia, segera kembalilah ke Negara Ilahi. Mungkin ada yang belum bertemu Sang Duta Besar, tetapi pengumumannya telah dipasang di mana-mana. Para murid telah lupa kewarganegaraan asli mereka
  7. Merenungkan kisah Ramayana dan Bharatyudha, nampaknya tingkat kesadaran manusia belum banyak beranjak. Mind semakin cerdas, tetapi belum dibarengi naiknya kesadaran. Menurut ilmu pengetahuan fisik manusia jauh lebih tua, tetapi belum juga dilampauinya. kita bekerja bukan untuk mengembangkan jiwa tetapi untuk mencari makan. Mind kita belum tua sekali tetapi sudah berkembang pesat sekali. Semoga kesadaran kita semua meningkat…..
  8. Bagaimana ciri-ciri seorang Bhakta? Bagaimana mengenalinya? Gampang…… Bhagavad Gita menjelaskan bahwa dalam keadaan suka maupun duka – ia tetap sama. Ketenangannya kebahagiaannya, keceriaannya – tidak terganggu. Ia bebas dari rasa takut. la tidak akan menutup-nutupi Kebenaran. la akan mengungkapkannya demi Kebenaran itu sendiri. la menerima setiap tantangan hidup….. la bersikap “nrimo” – nrimo yang dinamis, tidak pasif, tidak statis. Pun tidak pesimis. Menerima, bukan karena merasa tidak berdaya; iklas, bukan karena memang dia tidak dapat berbuat sesuatu, tetapi karena ia memahami kinerja alam. Ia menerima kehendak Ilahi sebagaimana Isa menerimanya diatas kayu salib. Ia berserah diri pada Kehendak Ilahi, sebagaimana Muhammad memaknai Islam sebagai penyerahan diri pada-Nya. Pasang-surut dalam kehidupan seorang Bhakta tidak meninggalkan bekas. Tsunami boleh terjadi, tetapi jiwanya tidak terporak-porandakan. Banyak yang berprasangka bahwa sikap “nrimo” membuat orang menjadi malas. Sama sekali tidak. Sikap itu justru menyuntiki manusia dengan semangat, dengan energi Terimalah setiap tantangan, dan hadapilah! Seorang Bhakta selalu penuh semangat. Badan boleh dalam keadaan sakit dan tidak berdaya – jiwanya tak pernah berhenti berkarya. la akan tetap membakar semangat setiap orang yang mendekatinya. *Vedaanta, AK.
  9. “Jadilah seorang Bhakta,” demikian ajakan Sri Krishna kepada Arjuna, di tengah medan perang Kurukshetra. Tentunya, ia tidak bermaksud Arjuna meninggalkan medan perang dan melayani fakir-miskin di kolong jembatan. Atau, berjapa, berzikir pada Hyang Maha Kuasa, ber-keertan, menyanyikan lagu-lagu pujian. Tidak. Krishna mengharapkan Arjuna tetap berada di Kurukshetra, dan mewujudkan Bhaktinya dengan mengangkat senjata demi Kebenaran, demi Keadilan. Ingatlah pesan Sri Krishna kepada Arjuna: “Janganlah engkau membiarkan dirimu melemah di tengah medan perang ini. Angkatlah senjatamu untuk menegakkan Kebenaran dan Keadilan. Janganlah memikirkan hasil akhir, janganlah berpikir tentang untung-rugi. Berkaryalah sesuai dengan tugas serta kewajibanmu dalam hidup ini!” Seorang Bhakta adalah seorang Pejuang Tulen. la tidak pernah berhenti berjuang. Kendati demikian, ia pun tidak bertindak secara gegabah. la waspada, tidak was-was. la tidak menuntut sesuatu dari hidup ini, dari dunia ini. la berada di tengah kita untuk memberi. la tidak mengharapkan imbalan dari apa yang dilakukannya. la berkarya tanpa pamrih. Keberhasilan dan kegagalan diterimanya sebagai berkah. Utishtha, Jaagratah …… Bangkitlah, Bangunlah…… Hadapilah segala macam rintangan dengan jiwa seorang Bhakta. Berjuanglah dengan semangat seorang Satria. Tanpa rasa bimbang, tanpa keraguan – seorang Bhakta mengabdikan jiwa dan raganya bagi nusa dan bangsa. la sadar sesadar-sadarnya akan tugas serta kewajibannya terhadap Tanah-Air, terhadap Ibu Pertiwi. Terhadap lingkungan, terhadap sesama manusia dan sesama makhluk hidup…… Terhadap dunia ini, terhadap alam semesta. la memahami perannya dalam hidup ini. *Vedaanta, AK
  10. Sewaktu Dewi Sinta sudah kembali ke Ayodya, Hanuman diberi hadiah kalung mutiara. Oleh Hanuman mutiara tersebut dilepas, digigit, didekatkan telinga bahkan dipukul-pukulkan. Laksmana tersinggung…. Dewi Sinta memahami, pada mutiara tersebut tak ada suara Sri Rama, tak ada Rama dan bagi Hanuman segala sesuatu yang tak membuat ingat ke Tuhan tak ada harganya. Dewi Sinta kemudian menyuruh Hanuman ikut Sri Rama ke mana saja dan itulah yang didambakannya……
  11. Seseorang yang sadar menjadi baik tanpa ketakutan terhadap “punishment”, atau harapan akan “reward”, dia menyadari adalah baik menjadi yang baik. Indah sekali kalimat tsb. Hal seperti ini di bumi pertiwi kita dewasa ini sudah jarang terjadi. Amati saja, segala sesuatunya harus diberikan Reward agar rakyat maupun pejabat bisa berkarya yang mengakibatkan biaya ekonomi tinggi. Hal ini sudah menunjukkan kesadaran diri yang masih pada tingkatan rendah serta belum dewasa. Bahkan ada dogma yang sering menerompetkan adanya ‘punishment and reward’, dan itu diikuti oleh para penganutnya secara tekstual!, kurang diolah dengan akal budinya maupun roso. Konon Hanuman itu merupakan sel-sel darah putih kita sendiri.
  12. Hanuman dan Gatotkaca merupakan tokoh yang paling saya kagumi karena pengabdian dan pengorbanan yang luar biasa…….
  13. Hanuman tahu dengan tugas dan wewenangnya sehingga dia cuma membakar sebagian atap rumah, andaikan dia menuruti egonya, dia mampu memporakporandakan kerajaan Alengka sendirian.
  14. Menurut pemahaman kami sampai dengan saat ini Yoga berati penyatuan, manunggal. Manusia merasa terpisah dengan Tuhan karena pikirannya, padahal dia tidak pernah terpisah, segala sesuatu berada dalam Tuhan. Bagaimana cara men…yatu ini dalam Yoga Klasik ada 4 yaitu karma yoga, raja yoga, Gyana yoga dan bhakti yoga. Karma yoga cara menghilangkan ego lewat bekerja tanpa pamrih. Bekerja sekuat tenaga tanpa memikir hasil akhir…. Raja yoga dengan melatih pernapasan dengan postur-posturnya. Seseorang yang meningkat kesadarannya dipercaya mempunyai syaraf-syaraf yang berubah. Dengan postur-postur tertentu yang membuat syaraf berubah bakal meningkatkan kesadaran. Napas yang semakin tenang membuat gelombang otak semakin tenang. Pada waktu gelombang otak sekitar 14 hertz (Beta) dalam satu saat berpikir banyak hal seperti kita dalam keadaan normal. Sewaktu kita lebih tenang, sekitar 7 hertz (Alpha) kita berpikir satu hal dalam satu saat. Pada waktu kita mimpi kita masih ada tapi lupa fisik sekitar 3.5 hertz. Pada waktu deep sleep, tidur tanpa mimpi sekitar 2 hertz. Pada waktu koma 0.5 hertz dan mati 0 hertz. Seorang yogi bisa dalam keadaan deep sleep selagi jaga dengan memperlambat pernapasannya. Pada waktu kondisi Alpha, kita bisa masuk pikiran bawah sadar dan mengubah pola pikiran yang salah. Hatha Yoga mungkin seperti halnya raja yoga……. Gyana yoga melalui perenungan misalnya aku ini siapa, memperhatikan pikiran dan lain-lain….. Bhakti Yoga dengan jalan pengabdian, hidup ini hanya untuk ibadah, melayani, kasih…… Dalam prakteknya dalam Bhakti Yoga juga menggunakan yoga-yoga lainnya……
  15. Kita butuh motivasi dari luar, itulah sebabnya ada reward and punishment. Padahal yang di luar itu tidak abadi. Lain bila kita bekerja karena kesadaran, dorongan yang datang dari dalam, tidak tergantung luar. Sepi ing pamrih rame ing gawe. Tanpa pamrih luar tetapi tetap bekerja keras.
  16. Penjabaran Dharma dengan simbol Hanuman sungguh tepat, penjelasan tentang hubungan Guru-Muridnya juga mengena sekali. Kebanyakan dari kita hanya membanggakan diri bisa menerima perlindungan dari guru sejati, namun sangat jarang melaksanakan ajarannya. Energi kesadaran yang ditanamkan guru tidak akan berkembang. Maka, murid wajib melaksanakan ajaran dengan semangat cintanya akan perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Perlu disadari sikap pasrah kepada guru bukan berarti pasif, justru karena guru bersedia bertanggung jawab atas kemajuan spiritual kita sepanjang kita melaksanakan ajarannya, maka kita berusaha dengan semangat tinggi, dengan jiwa muda (Hanuman) yang tidak mengenal keputusasaan. Dengan cerita Hanuman yang digambarkan penuh kesetiaan mengabdikan dirinya dengan segala kemampuannya yang hebat, tanpa memikirkan imbalan, leluhur kita telah menyampaikan dharma yang sangat up to date: Jadilah Diri Sendiri! Hanuman dengan fisik kuat dan siddhinya menyadari akan dirinya yang sangat tiada tara dalam tubuh fisik setengah keranya, namun yang membuatnya hebat adalah mengabdi pada guru yang benar demi kemajuan hidupnya, melaksanakan segala tugas yang diamanatkan dengan penuh tanggung jawab dan rasa cinta tulus kepada kehidupan. Inilah gambaran sosok manusia yang benar-benar MERDEKA! Hanuman tidak diperbudak oleh siapapun, dia bebas menentukan nasibnya sendiri, dia menyadari dengan kebijaksanaannya untuk menerima tugasnya, dengan senang hati, dan dengan segala visi, pengetahuan, dan keahliannya Hanuman sangat berperan bagi kemenangan gurunya Sri Rama atas Rahwana. Bertindak berdasarkan suara hati nurani, kebijaksanaan mendalam membimbingnya bertindak spontan yang menyadarkan musuh-musuhnya. Nah, jika pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kelangsungan negeri yang tercinta ini mau bertindak berdasarkan motivasinya yang murni, maka segala krisis di negara ini akan mudah diselesaikan tanpa menimbulkan masalah baru.
  17. Dalam kisah yang ada di Nusantara, ibu Hanuman, Anjani dan kedua saudaranya adalah manusia yang karena kesalahan berubah menjadi Kera. Ibu Hanuman bertapa agar puteranya walau berwujud kera tetapi mempuny…ai sifat manusia utama yang jauh lebih baik daripada mereka yang berwujud manusia tetapi tindakannya masih seperti kera……. Ketika Sri Rama berada di hutan kehilangan Dewi Sinta dia bertemu sekelompok wanara, wujudnya setengah manusia dan setengah kera yang tinggal di hutan. Sedangkan Rahwana dan para raksasa adalah mereka yang tubuhnya tinggi besar dan sudah maju peradabannya di seberang lautan. Mungkin saja, wanara mewakili manusia yang masih liar yang hidup di hutan dan di antara para wanara sudah ada yang mengalami evolusi kesadaran seperti Hanuman. Raksasa pun mungkin mewakili manusia yang belum halus rasanya dan mau menang sendiri. Sri Rama diperkirakan hidup sekitar 10-11.000 SM. Sedangkan Sri Kresna hidup sekitar 3.000 tahun SM.
  18. cerita ramayana dan mahabharatha adalah sebuah epos besar yang mengandung beragam karakter dalam penokohannya,,,,dan cerita ramayana sendiri sudah”dikutuk” oleh penyadurnya bahwa selama gunung masih berdiri tegak dan sungai tetap mengalir kelautan,maka selama itu cerita ini akan hidup…semoga kita bisa mengambil makna dari sebuah cerita.
  19. Terbersit dari sesuatu yang bodoh ini & dimaknai dengan sebuah perjalanan evolusi serta kehendak. Jika ditilik dari cerita-cerita sebelumnya yang melatar belakangi lahirnya Hanuman seperti perjalanan sang resi & istrinya yang berlakonkan buyut hanuman, kemudian tragedi cupu manik astagina yang masuk kedanau, kemudian bertapanya 3 saudara dst, maka ada sebuah kondisi menarik dimana hanuman tahu apa yang harus dia perbuat tanpa melihat cerita kebelakang.

Terima Kasih.

Salam __/\__